Senin, 07 Juli 2014

fisi dan fusi



I.                   PENDAHULUAN
Reaksi inti, seperti halnya reaksi kimia, melibatkan perubahan energi. Namun demikian, perubahan energi dalam reaksi inti bersifat sertamerta dibandingkan dengan reaksi kimia. Energiyang dilepaskan oleh suatu reaksi inti tertentu dapat dilakukan dalam reactor tenaga nuklir.Terdapat dua jenis reactor nuklir, yaitu reactor berdasarkan reaksi fisi, dan reactor berdasarkan reaksi fusi.
Reaksi fisi ialah proses dimana suatu inti (nomor massa > 200) membelah dirimembentuk inti- inti yang lebih kecil dengan massa menengah dan satu atau lebih neutron.
Reaksi fusi yaitu penggabungan inti kecil menjadi inti yang lebih besar.
II.                RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana pengertian reaksi fusi?
B.  Bagaimana pengertian reaksi fisi?
C.  Bagaimana aplikasi kimia inti?
D. Apakah dampak biologis dari radiasi?
III.             PEMBAHASAN
A. Reaksi fusi.
Pada 1929 Atkinson dan Houtermans mengemukakan, bahwa tenaga yang terbentuk di matahari dan bintang-bintang berasal dari reaksi fusi atau peleburan. Fusi inti yaitu penggabungan inti kecil menjadi inti yang lebih besar, tampaknya bebas dari masalah pembuangan limbah. Fusi inti terjadi terus-menerus di matahari. Matahari terutama terdiri atas hidrogen dan helium. Di bagian dalamnya, di mana suhu mencapai sekitar 15 juta derajat celcius. Karena reaksi fusi hanya terjadi pada suhu yang sangat tinggi, reaksi ini sering dinamakan reaksi termonuklir. Perhitungan menunjukkan bahwa agar isotop hidrogen bereaksi diperlukan tenaga sebesar 0,1 Mev. Untuk memperoleh tenaga sebesar ini, diperlukan panas 1000 juta 0C. bintang-bintang mempunyai temperatur 10-30 juta 0C, hingga isotop hidrogen dapat mengadakan reaksi. [1]
Sejak tahun 1938 diketahui, bahwa tenaga yang ada di matahari dan bintang-bintang berasal dari reaksi fusi:
         +                                 +              + tenaga
         +                               + tenaga
       +                             +          2    + tenaga
Reaktor Fusi
Pertimbangan utama dalam pemilihan proses fusi inti yang terdapat dalam pembangkitan energy ialah untuk melaksanakan proses tersebut. Fusi inti tampaknya merupakan sumber energy yang sangat menjanjikan, setidaknya “di atas kertas”. Meskipun pencemaran termal mungkin bisa menjadi masalah, fusi mempunyai beberapa keuntungan:
1.      Bahan bakar murah dan nyaris tak terbatas
2.      Prosesnya menghasilkan limbah radioaktif yang sedikit.
Jika mesin fusi dimatikan, mesin ini akan benar-benar mati dan dalam sekejap, tanpa bahaya meleleh.
Menggunakan laser berenergi tinggi untuk mengawali reaksi fusi. Dalam uji coba, sejumlah sejumlah berkas laser mentransfer energi ke sebuah pelet bahan-bahan berukuran kecil, memanaskannya dan mengakibatkan implosi, artinya meledak kea rah dalam dari semua sisi dan kemudian mengalami kemampatan volume menjadi kecil. Akibatnya, terjadilah fusi. Seperti kesulitan pembuatan sungkup magnetic, fusi laser menghadirkan kesulitan teknis yang masih perlu diatasi sebelum teknik ini dapat diwujudkan dalam skala besar.
Reaksi fusi thermo ini terjadi pada peletusan bom hidrogen. Reaksi ini bila dikontrol akan merupakan sumber tenaga yang baik. Sebagai bahan untuk reaksi ini ialah isotop hidrogen, deuterium, dan tritium:
         +                               +              + 3,2 Mev
         +                                 +             + 4,0 Mev
         +                               +              + 17,6 Mev
Di dalam air terdapat 0,015 persen deuterium hingga bila reaksi di atas dapat dibuat terkontrol, air akan merupakan sumber tenaga yang tidak ada habisnya.
Bom Hidrogen
Masalah teknis yang selalu ada dalam perancangan reactor fusi ini tidak mempengaruhi produksi bom hidrogen, dinamakan juga sebagai bom termonuklir. Dalam kasusu ini tujuannya adalah semata-mata tenaga dan tak perlu pengendalian. Bom hidrogen tidak mengandung gas hidrogen atau gas deuterium, bom ini mengandung padatan Litium deuterida (LiD), yang dapat dikemas sangat rapat. Peledakan bom hidrogen terjadi dalam dua tahap. Mula-mula reaksi fisi dan kemudian reaksi fusi. Suhu yang diperlukan untuk dicapai dengan bom atom. Segera setelah bom atom meledak, reaksi fusi berikutnya terjadi, membebaskan banyak energy.
             +  → 2
             +   
            Tidak ada masa kritis dalam bom fusi, dan gaya ledakan terbatas hanya pada jumlah rekatan yang ada. Bom termonuklir digambarkan sebagai “lebih bersih” dibandingkan bom atom sebab isotop radioaktif yang dihasilkannya hanya tritium, yaitu pemancar partikel – lemah ( t = 12,5 tahun), dan produk-produk dari starter fisi. Bagaimanapun, pengaruh buruknya terhadap lingkungan dapat diperarah apabila dalam pembangunannya disertakan bahan-bahan tak terfisikan, seperti kobalt. Setelah dibombardir dengan neutron, kobalt-59 berubah menjadi kobalt-60, yaitu pemancar sinar yang sangat kuat dengan waktu paruh 5,2 tahun. Keberadaan isotop radioaktif kobalt dalam debris atau jatuhan dari ledakan termonuklir akan fatal bagi mereka yang selamat dari ledakan pertama.[2]

B. Reaksi fisi
Reaksi fisi merupakan reasi terbelahnya inti berat menjadi dua inti baru akibat di tembak menggunakan neutron. Reaksi fisi yang paling populer adalah reaksi fisi nuklir. Reaksi fisi nuklir dapat menghasilkan energi 100 juta kali lebih besar daripada reaksi kimia. Karena setiap neutron yang dilepaskan oleh setiap reaksi fisi dapat menyebabkan reaksi fisi lainnya, sehingga akan melepaskan lebih banyak neutron dan menyebabkan lebih banyak reaksi fisi terjadi. Reaksi fisi yang sambung-menyambung ini disebut dengan reaksi fisi berantai.
Unsur yang paling sering digunakan dalam reaksi fisi nuklir adalah Plutonium-239 dan Uranium-235
                        #Contoh reaksi fisi Uranium
Reaksi berantai dapat menghasilkan energi yang sangat besar. Apabila tidak dikendalikan, reaksi fisi dapat menimbulkan ledakan dahsyat disertai pemancaran isotop radioaktif yang membahayakan kehidupan.[3]
C. Aplikasi kimia inti
Reaktor atom
Saat ini banyak reaktor atom, baik untuk maksud-maksud penelitian ataupun sebagai sumber tenaga, seperti tenaga listrik. Didalam reaktor ini juga terjadi reaksi pembelahan dari uranium, tetapi reaksi dapat dikontrol dengan memberikan moderator seperti air, air berat, grafit, atau berilium.[4]
Isotop sebagai tracer
Reaksi-reaksi yang terjadi pada bermacam-macam obyek, seperti reaksi fotosintesis pada daun atau peristiwa-peristiwa fisika seperti penyerapan fosfor dalam pupuk oleh tanaman, dapat didikuti dengan mudah, dengan mengguakan radioaktif sebagai tracer,
Misalnya akan diselidiki kecepatan penyerapan pupuk fosfor oleh tanaman, maka kedalam pupuk dirambahkan fosfor radioaktif, fosfor ini akan diserap oleh tanaman, kecepatan penyerapan akan diikuti dengan alat pencacah atau counter, seperti pencacah Geiger Muller.
Radioisotop dalam kedokteran
Radioisotop Na dipakai untuk diagnose sirkulasi darah, sebagian tertentu larutan NaCl yang sebagian sudah di “label” dengan Na-24 disuntikan ditangan pasien. Sebuah alat pencacah atau counter ditempatkan pada salah satu kakinya. Bila sirkulasi darah normal, dalam waktu singkat dapat di-deteksi adanya radioaktivitas pada kaki dan mencapai maksimal kurang dari setengah jam. Bila sirkulasi lemah, radioaktif akan bertambah secara lambat. Dengan menggerakan pencacah pada bagian-bagian badan yang lain, kedudukan yang lemah pada sirkulasi darah dapat ditentukan
Radioisotop I-131, seperti juga iodium yang tidak radioaktif, dapat diambil cepat oleh kelenjar tiroid, karena itu radioisotop dapat dipakai sebagai diagnose fungsi kelenjar thiroid atau terapi. Radiasi γ dapat merusak sebagian dari kelenjar thiroid dalam hiperthirodism. Isotop radio isotop lain dari Iodin, yaitu iodin-123 (pemancar sinar γ, digunakan untuk menangkap citra otak
Radiasi γ dari radium telah lama dipakai untuk pemuembuhan kanker. Saat ini biasa dipakai radioisotop cobal yang lebih murah, Co-60 adalah pemancar γ dengan waktu paroh 5,3 tahun, dapat dibuat dengan mudah dengan penambahan Co-50.
Tektunum ialah salah satu unsur yang paling bermanfaat dalam pengobatan nuklir. Walaupun tektunum merupakan logam transisi, semua isotopnya radioaktif, dilaboratorium, unsur ini dibuat dengan reaksi inti.
+   
 
Dimana superskrip m menyatakan bahwa isotop teknetium-99 dihasilkan pada inti tereksitasi. Isotop ini memiliki waktu paruh 6 jam , meluruh akibat radiasi γ menjadi teknetium-99 dalam keadaan dasar intinya. Jadi isotop ini merupakan alat pendiagnosis yang berguna. Dengan mendeteksi sinar γ yang dipancarkan oleh 99mTc , dokter mendapat gambaran organ seperti jantung, hati, dan paru. [5]
32P untuk mendeteksi tumor otak, 47Ca untuk menentukan penyakit pada tulang dan darah, dan 59Fe untuk mengetahui peredaran besi dalam darah. Keuntungan utama penggunaan radioisotop sebagai perunut ialah karena isotop tersebut mudah dideteksi. Meskipun dalam jumlah kecil , keberadaanya dapat dideteksi dengan couter.
Radioisotop sebagai dalam bidang industri
Radioisotop digunakan untuk mendeteksi keboccoran pipa air dalam tanah. Sedikit garam NaCl dilarutkan dalam tangki penyimpanan. Detektor geiger-Muller digerakan dipermukaan tanah mengikuti aliran pipa air , sehingga kebocoran air dapat dideteksi. Na-24 digunakan sebagai perunut didalam air karena memiliki waktu paroh yang pendek, sehinnga kereaktifannya dalam air akan turun kenilai ambang batas dalam waktu yang singkat dan memancrkan partikel beta yang dapat tembus ketanah. [6]
            D.Dampak biologis Radiasi
Suatu dasar dari radioaktivitasialah curie (Ci); 1 Ci tepat sama dengan tetap sama dengan 3,7 x 1010 disintegrasi (peluruhan) inti perdetik. Laju peluruhan ini setara dengan peluruhan 1 g radium. Satu ml curie (mCi) ialah seperseribu curie jadi, 10 mCi dari sampel karbon -14 ialah kuantitas yang mengalami
(10 x 10-3) (3,70 x 1010) = 3,70 x 108
Diintegrasi per detik. Intensitas radiasi bergantung pad banyaknya disentegrasi serta pada energi dan jenis radiasi yang dipancarkan. Satu satuan yang umum ddigunakan untuk dosis radiasi yang diserap ialah Rad (radiation absorved dose), yaitu banyaknya radiasi yang menghasilkan penyerapan 1 x 10-5 J per gram materi yang diradiasi. Efek biologis dari radiasi bergantung pada bagian tubuh yang diradiasi dan jenis radiasi. Dengan alasan ini, Rad sering dikalikan dengan sebuah faktor yang dinamakan RBE (Relative Biological Efectivenes). Hasilnya dinamakan rem (Roentgen eqiuvalent for man) :
1 rem = 1 rad x 1 RBE
Diketiga jenis radiasi inti, partikel α biasanya mempunyai daya tembus paling rendah. Partikel beta mempunyai daya tembus lebih besar dari pada partikel β, tetapi lebih kecil dibandingkan dengan daya tembus sinar γ . sinar gama mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek dan energi tinggi . selain itu karena sinar gamma tidak mempunyai muatan maka sinar ini tak dapat dihentikan oleh materi penghalang seperti yang mudah dilakukan untuk partikel α dan β. Bagaimanapun, jika pemancar alfa atau beta masuk kedalam tubuh, efek merusaknya semakin besar karena orga terus menerus disinari oleh radiasi yang rusak dalam jarak dekat. Contohnya, srtontium -90, suatu pemancar β, dapat menggantikan kalsium dalam tulang, dimana kerusakan paling hebat akan timbul.
Dasar kimia dari kerusakan radiasi ialah radiasi ionisasi. Radiasi dari partikel αdan β atau sinar –γ dapat mengambil elektron dari atom dan molekul yang terlewati olehnya, mengakibatkan pembentukan ion dan radikal. Sebagai contoh ketika air diradiasi dengan sinar γreaksi berikut akan berlangsung:
H2O    radiasi       H2O+ + e-
H2O+ + H2O          H3O+ + OH radikal hidroksil
Elektron dalam bentuk teradiasi dapat bereaksi dengan air atau dengan ion hidrogen untuk membentuk hidrogen atom, dan dengan oksigen membentuk ion superoksida, O-2 (suatu radikal):
e- + O2       
Didalam jaringan,ion superoksida dan radikal lain menyerang membran sel dan inang senyawa organik, seperti molekul enzim dan DNA. Senyawa organik sendiri dapat langsung terionisasi dan dihancurkan oleh radiasi berenergi tinggi.
Telah lama diketahui bahwa pemaparan pada radiasi berenergi tinggi dapat menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan hewan lain. Ciri-ciri kanker adalah pertumbuhan sel yang telah terkendali. Sebaliknya, juga telah diketahui bahwa sel kanker dapat dihancurkan lewat pengobatan radiasi yang benar. Dalam terapi radiasi, harus ada kompromi. Radiasi yang digunakan untuk pasien harus cukup untuk pasien harus untuk merusak sel kanker yang membunuh terlalu banyak sel normal dan diharapkan tanpa menimbulkan bentuk kanker lain.
Radiasi yang merusak sistem biologis secara umum disebut sebagai radiasi somatik atau genetik. Luka somatik ialah luka yang mempengaruhi organisme seumur hidupnya. Sengatan matahari, kulit gatal merah, kanker, dan katarak adalah beberapa contoh luka somatik. Kerusakan genetik berarti perubahan yang diwariskan atau mutasi gen. Contohnya, seseorang yang kromosomnya telah rusak atau berubah oleh radiasi kemungkinan akan mempunyai keturunan yang cacat.[7]

IV.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: reaksi fusi adalah penggabungan inti kecil menjadi inti yang lebih besar, tampaknya bebas dari masalah pembuangan limbah. Sedangkan Reaksi fisi merupakan reasi terbelahnya inti berat menjadi dua inti baru akibat di tembak menggunakan neutron.
Aplikasi kimia inti meliputi reaktor atom, Isotop sebagai tracer, radioisotop dalam kedokteran, dan radioisotop sebagai dalam bidang industri.
Dampak biologis radiasi dapat menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan hewan lain dan menyebabkan Luka somatik yaitu luka yang mempengaruhi organisme seumur hidupnya.
B.     Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kritik dan sara yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah kami pada masa selanjutnya.



















[1]Sukardjo. Kimia Anorganik.(Jogjakarta: Rineka Cipta. 1990). Hlm. 326
[2]Raymond Chang. Kimia Dasar jilid 2. (Jakarta: Erlangga. 2002). Hlm. 276-278
[3] Bambang Ruwanto. Asas-asar Fisika. (Jakarta: Yudhistira.2008). hlm. 273
[4]Sukardjo. Kimia Anorganik,(Yokyakarta:Rineka Cipta.1990). hlm 328
[5] Raymond chang. Kimia Dasar jilid 2. hlm 280
[6] Priscilla Retnowati. Kimia. (Jakarta:Erlangg.2009). hlm 133
[7]Raymond Chang. Kimia Dasar jilid 2. Hlm. 280-282